Iseng-iseng browsing nemu gambar ini..jadi pengen curhat.. :D
1. Gambar pertama itu wanita karir. Saya pernah mengalami itu terakhir 2 tahun yang lalu. Kerja kantoran dari jam 8 pagi ( meskipun lebih sering dateng jam 9 :D )sampe jam 5 sore kalau lembur bisa sampe jam 9 malam *saya kerja senin-sabtu. Banyak teman/sodara/tetangga nanya "gak kasian anaknya ditinggal kerja seharian ?" saya jawab : gak ada ibu yang tega ninggalin anaknya seharian dikantor sementara anak ditinggal sama asisten. Berangkat kerja diantar tangisan anak yang mau ikut, pulang disambut anak yang udah tidur nyenyak..kalu saja anak2 saya bisa saya bawa kekantor pasti saya bawa, tapi perusahaan mana yang membolehkan kerja membawa anak. Kalau saja bisa mamilih tidak ada ibu yang mau dengan kondisi seperti itu. Saya yakin setiap ibu pasti menginginkan jadi fulltime mommy buat anak2nya, termasuk saya. Tapi pada saat itu saya tidak punya pilihan, saya tidak bisa mengandalkan semua kebutuhan dari suami. 1/3 gaji saya juga pun sudah pasti digunakan untuk menggaji 2 orang asisten untuk 2 anak saya. Selebihnya bisa saya gunakan untuk keperluan lain. Saya tahu betul bagaimana batin tersiksa ketika anak2 sakit sementara pekerjaan tidak bisa ditinggal, siapa lagi yang bisa diandalkan kecuali asisten, bisa dibayangkan stressnya seorang ibu saat badan ada dikantor tapi pikirannya ada dirumah. Pulang kerja capek ,kadang kalau anak2 belum tidur diusahain main dulu sebentar atau belajar. Bangun tidur lebih awal menyiapkan kebutuhan anak sekolah setelah keperluan anak beres baru berangkat kerja. Capeknya luar biasa tapi semua demi anak, kalau saya tidak kerja sudah dipastikan kebutuhan mereka pasti ada yang kurang. Quality time dengan anak saat saya libur pun sangat2 saya nikmati .Sampai pada suatu saat 2 orang asisten saya mau berhenti kerja, alasannya mau merid dan saya pun gak peduli dia jujur atau tidak, yang jelas kalau mereka berhenti saya tidak bisa kerja karena tidak ada yang menjaga anak2 saya, dan saya tidak akan pernah melepaskan anak2 saya dengan asisten yang tidak saya kenal sebelumnya. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti.
2. Finally saya ada di gambar ke 2 fulltime mother *NO Maid*
Hari-hari saya lalui tanpa asisten semua saya kerjakan sendiri. Tidak mudah ternyata, saya yang biasa kerja kantoran semua serba beres dan rapi. Saya dihadapkan pada rumah yang selalu berantakan, anak2 berantem, cucian segunung, setrikaan segambreng, piring kotor berserakan. Arrgghhh.. kalau saja tidak ada tetangga mungkin pada saat itu saya sudah teriak sekencang-kencangnya. Quality time dengan anak justru semakin kurang karena setiap detik saya melihat mereka, moment ngobrol/cerita dengan anak pun jadi "nothing special", beda dengan saya masih kerja dulu. Saat itu saya baru menyadari salah besar orang yg meremehkan ibu rumah tangga/fulltime mother, justru harus punya stock sabar yang buanyaaak, sementara dari sisi ekonomi pun otomatis juga berkurang. Saya terus belajar menyesuaikan diri dan berusaha untuk tidak mengeluh, meskipun tidak mudah, saya harus fokus dengan anak2 saya, tujuan saya cuma 1 yang penting anak2 saya aman bersama saya, anak2 saya terpenuhi kebutuhan pokoknya, asupan gizi, kesehatan, dan pendidikan dirumah, selain itu saya tidak mau ambil pusing.
Dari dua pengalaman ini saya menyimpulkan apapun bentuknya seorang ibu pasti berusaha yang terbaik untuk anak2nya, saya jadi lebih mengahrgai orang, saya tidak pernah menganggap ibu2 bekerja itu tidak sayang / peduli anak2nya, justru karena mereka peduli dan demi masa depan anak2nyalah mereka rela bekerja. Daaan saya tidak akan pernah mermehkan ibu rumah tangga terutama yang *NO MAID* karena ternyata saya tidak sanggup.
Kedua2nya tidak mudah, tapi alhamdulillah saya sudah mengalaminya, itu yang membuat saya selalu bersyukur banyak yang lebih tidak beruntung daripada saya. Ibu bekerja / Ibu rumah tangga bebannya sama2 berat, cemoohan orang selalu ada dipundak seorang Ibu.
* Ibu bekerja : ketika anak sukses-->>" ya wajar aja anaknya sukses, Ibunya kerja juga pasti uangnya banyak, semua kebutuhan anak terpenuhi, anaknya bisa sekolah tinggi "
ketika anak tidak sukses --->> " ya wajar aja anaknya gak bener, ibunya kerja sih, pasti anaknya gak diurus "
* Ibu rumah tangga : ketika anak sukses--->> " ya iyalah kan ibunya dirumah terus pasti diawasin, n perhatiannya full ke anak"
ketika anak tidak sukses -->> "Ibu itu ngapain aja dirumah, gak kerja masa' anaknya begitu "
Soooo... anak suskes atau tidak bukan dari si Ibu kerja atau Ibu rumah tangga. Semua Ibu pasti mengusahakan yang terbaik buat anak2nya apapun itu bentuknya. Tinggal bagaimana sang Ibu bisa menyikapi keadaannya. Semangat buat semua Ibu2 masa depan anak2 ada ditangan kita semua..
